Pencegahan OSTEOARTHRITIS Pada

Tipe Latihan
Sendi lutut merupakan sendi yang sangat fungsional pada tubuh kita, sendi ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang melibatkan aktivitas penting misalkan sholat, berjalan, bekerja dan aktivitas yang lain. Bisa anda bayangkan bagaimana kalau saja sendi lutut anda terkena sesuatu penyakit misalkan saja osteoarthritis. Osteoerthritis diketahui sebagai penyakit degenerative pada sendi dan tidak ada obat untuk penyakit ini. Data dari penelitian diamerika, 27 juta orang amerika terkena penyakit osteoarthritis  dan kebanyakan umur mereka diatas 25 tahun, untuk itu perlu pencegahan dini supaya penyakit ini tidak menimpa kita. Ada beberapa latihan yg dapat mencegah terjadinya osteoarthritis dini pada usia muda terutama pada sendi lutut, latihan tersebut meliputi :

1. Static Contraction
a. Posisi : Tidur telantang, relaks dan pikiran terfokus pada sendi lutut
b. Gerakan : Mengkontraksikan otot paha depan (quadriceps) tanpa ada perubahan gerakan kemudian tahan sampai 5 detik kemudian relaks
c. Intensitas : Gerakan diulang 8-10 kali
d. Fisioterapis : Mengecek kontraksi dengan cara inspeksi dan palpasi. Gerakan dikatakan benar bila terjadi pergerakan patella.
2. Straight Leg Raising
a. Posisi : Tidur telentang dan relaks
b. Gerakan : Mengangkat kaki (posisi ekstremitas bawah lurus) sampai 45 derajad kemudian tahan sampai 5 detik terus relaks
c. Intensitas : Gerakan diulang 8-10 kali
d. Fisioterapis : Mengecek gerakan yang terjadi apakah tepat pada posisi 45 derajad atau tidak dan membenarkan posisi kaki agar kontraksi optimal.
3. Wall Slide
a. Posisi : Berdiri dan menempel pada tembok
b. Gerakan : Menekuk dan meluruskan lutut (fleksi dan ekstensi).
c. Intensitas : Gerakan tersebut diulang sampai 15 kali
d. Fisioterapis: Inspeksi dan assesment gerakan yg terjadi.
4. Abduksi Hip
a. Posisi : Tidur menyamping (side lying)
b. Gerakan : Mengangkat paha kesamping kemudian tahan gerakan tersebut selama 5 detik kemudian relaks kembali.
c. Intensitas : Gerakan diulang 8-10 kali
d. Fisioterapi : Inspeksi terhadap gerakan dan posisi gerakan.
5. Adduksi Hip
a. Posisi : Berkebalikan dengan posisi abbduksi
b. Gerakan : Angkat paha kesamping dalam dan tahan selama 5 detik kemudian ke posisi awal
c. Intensitas : Gerakan diulang 8-10 kali
d. Fisioterapist : inspeksi terhadap posisi pasien dan gerakan yang terjadi.
6. Ekstensi Hip
a. Posisi : Tidur tengkurap dan relaks
b. Gerakan : Mengangkat paha keatas (posisi ekstremitas bawah lurus)
c. Intensitas : Gerakan diulang 8-10 kali
d. Fisioterapist : Inspeksi terhadap posisi pasien dan gerakan yang terjadi
Catatan semua gerakan tersebut dilakukan dengan posisi kaki dorsi fleksi kecuali pada gerakan wall-slide

Kewajiban Fisioterapi

1.Menghormati hak pasien.
2.Merujuk kembali kasus yang tidak dapat ditangani atau belum  selesai ditangani, sesuai sistem rujukan yang berlaku.
3.Menyimpan rahasia sesuai peraturan perundang-undangan.
4.Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
5.Memberikan informasi dalam lingkup asuhan fisioterapi.
6.Melakukan pencatatan dengan baik.

PROSES FISIOTERAPI

Assesment termasuk pemeriksaan dan evaluasi pada perorangan atau kelompok, nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history taking), skreening, test khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam sebuah proses pertimbangan klinis.
 Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan menyatakan hasil dari proses pertimbangan/pemikiran klinis, dapat berupa pernyataan keadaan disfungsi gerak, dapat meliputi (mencakup) kategori kelemahan, limitasi fungsi, kemampuan atau ketidakmampuan, atau sindrom.
 Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya menuntun kepada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui pasien/klien, famili atau pelayan kesehatan lainnya.
Dapat menjadi pemikiran perencanaa alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi.
 Intervensi di-implementasikan dan dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termasuk : penanganan secara manual; peningkatan gerakan; peralatan fisis, peralatan elektroterapuetis dan peralatan mekanis; pelatihan fungsional; penentuan bantuan dan peralatan bantu; instruksi dan konseling; dokumentasi dan koordinasi, komunikasi.
 Evaluasi adalah keharusan  pemeriksaan kembali untuk tujuan hasil.

Sejarah Fisioterapi di Indonesia

Fisioterapi di Indonesia pada awalnya merupakan satu profesi (lebih tepatnya satu vokasi) kesehatan. Dimulai dari didirikannya Sekolah Perawat Physiotherapy di Solo tahun 1956 oleh Bapak Fisioterapi Indonesia Prof.dr. Soeharso (Alm). Beliau juga merupakan pioneer dalam keahlian bidang orthopedi melalui pendirian lembaga Orthopedi dan Prothese Solo. Lembaga ini merintis penanganan awal dari upaya rehabilitasi medik penderita cacat tubuh terutama pada cacat veteran korban revolusi fisik 1945 dan cacat anak akibat polio myelitis yang pada saat itu banyak terjadi. Baik untuk pelayanan pra bedah dan pasca bedah orthopedi jasa pelayanan fisioterapi sangat diperlukan.